Minggu, 30 November 2008

Pengalaman Wisata ke Padang

Tiga hari menjelang lebaran tahun 2008 kemarin, kami sekeluarga berkesempatan berkunjung ke kota Padang. Tempat pertama yang kami kunjungi adalah Pantai Air Manis (?? kalau gak salah namanya itu) , tempat di mana Malin Kundang dikutuk oleh ibundanya menjadi "batu". Saat itu, pengunjung pantai tidak begitu ramai, hanya ada beberapa mobil (kurang lebih 6 mobil) yang parkir di lokasi pantai. Konon kabarnya "kesepian pantai" disebabkan banyak orang masih trauma mengunjungi pantai, karena kejadian Tsunami di Aceh tempo hari. Kami sebenarnya juga agak takut sih tapi kami pasrah. Kami yakin Allah pasti melindungi kami bila ada bencana. Kami napak tilas kebangkai kapal "Malin Kundang", yang berupa batu dan tali kapal. Setelah foto-foto, saya berkunjung ke kios-kios yang ada di sekitar pantai, dan membeli beberapa cinderamata. Setelah puas di Pantai Manis, kamipun melanjutkan perjalanan ke tempat lain. Tempat ke dua yang kami kunjungi adalah Universitas Bung Hatta. Disana kami bertemu dengan salah satu dosen Universitas Bung Hatta, yang kebetulan teman suami saya. Kami sholat dulu di mesjid kampus, baru keliling-keliling kampus. Karena anak bungsu saya rewel, akhirnya cuma suami yang keliling kampus. Kampus disini termasuk luas, tetapi karena hari libur, suasana jadi sepi. Padahal jumlah mahasiswanya sekitar 8.000 orang (dulunya 13.000 orang". Wow.... .... ) Setelah diskusi dan studi banding singkat, kamipun berpamitan untuk melanjutkan perjalanan ke Bukittinggi. Sampai di Bukittinggi sekitar jam 5 sore, kami langsung cari penginapan dan Alhamdulillah dapat hotel pas di tengah kota dekat jam Gadang, yaitu hotel "Embun Sari". Setelah check in, kami sekeluarga JJS (jalan-jalan sore) ke Menara jam Gadang. Suasana sangat ramai, karena menjelang buka puasa. Banyak pedagang yang menawarkan mainan untuk anak2. Pas waktunya buka puasa, kami berburu makan di restoran Padang di dekat Jam Gadang. Ternyata disana sudah penuh sesak orang yang bertujuan sama ... buka puasa. Kami akhirnya mencari restoran Padang yang lain, dan ternyata kondisinya juga tidak jauh berbeda. Tapi atas pertolongan Allah SWT, kami dapat tempat duduk di restoran itu, meskipun meja itu sebesarnya untuk tempat aneka minuman. Salah satu petugasnya mungkin kasian sama kami yang sudah kelaparan, sehingga dengan terpaksa mengijinkan kami duduk di situ. Pagi harinya kami sekeluarga (saya, suami, dan ke tiga putriku) naik delman mengelilingi sebagian kecil kota Bukittinggi. Suasana belum begitu ramai. Kami turun di Kebon Binatang, karena anak bungsunya ingin lihat binatang dan kebetulan suamiku senang mengajak anak-anaknya untuk berkunjung ke tempat-tempat yang punya nilai sejarah. Karena di dalam kebon binatang itu terdapat jembatan Forth de Kock (?? payah namanya lupa ) dan meriam tinggalan Belanda. Kami juga masuk ke Musium yang ada di dalam kebun binatang dan anak-anak berkesempatan menyewa baju Minang. Akhirnya anak-anak punya kenang-kenangan foto dengan baju Minang termasuk si bungsu, yang untuk memakainya kami perlu kerja keras untuk merayunya. Karena meskipun "sunting" yang dikenakan tidak berat (aslinya berat, yang dipakai Fathia tiruannya), anakku merasa tidak nyaman, gatal-gatal, akhirnya ....nangis-nangis. Tapi Alhamdulillah sesi foto dengan baju Minang sukses dilaksanakan.